A. JUDUL PENELITIAN :
“PENGGUNAAN PERAGA MEDIA TAKUR (TAMBAH DAN KURANG) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 4 LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT”
B. LATAR BELAKANG
Ketika para guru ngobrol sering terjadinya beberapa keluhan ketika proses pembelajaran di kelas siswa kelas VII, VIII maupun kelas IX pada umumnya, masih lemahnya penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Dalam pembelajaran ketika pada materi tertentu yang melibatkan konsep pengurangan khususnya, sering di alami oleh beberapa siswa yang belum menguasai tentang penjumlahan pengurangan, ini dan menandakan bahwa masih belum paham betul mengenai penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, jangan-jangan untuk yang bilangan bulat positif dijumlahkan atau dikurangkan dengan bilangan bulat positif saja mereka belum terampil. Kita juga melihat bahwa beberapa siswa sudah lancar menjumlah dan mengurangkan bilangan bulat, baik yang positif maupun yang negatif. Setelah disadari ternyata bahwa setiap anak punya daya pikir ataupun pemahaman yang berbeda-beda. Ada anak yang dijelaskan berulang kali namun masih belum paham juga, sementara bagi anak lain yang daya pikirnya cepat hal ini sangatlah mudah. Bila kita melihat hasil pengerjaan siswa dalam soal matematika, sering kita menemukan beberapa kesalahan yang mendasar, contohnya ketika memeriksa pengerjaan siswa tentang operasi aljabar di kelas VIII, sering menemukan penjumlahan atau pengurangan yang salah. Atau kita sering menemukan siswa kelas IX dalam penyelesai akhir suatu soal permasalahan terjadinya kesalahan dalam hal penjumlahan maupun pengurangan, ini menandakan rendahnya pemahaman siswa dalam operasi ini, sehingga nilai hasil belajar siswa menjadi rendah, salah satu penyebabnya antara lain kurang mantapnya pemahaman konsep operasi bilangan bulat.
Ketika dalam proses pembelajaran masih banyaknya siswa yang kurang aktif, walaupun ketika dikasihkan permasalahan materi penjumlahan dan pengurangan terlihat masih banyak siswa yang hanya diam cuma melihat temannya mengerjakan soal.
Dari hasil observasi yang dilakukan terhadap siswa kelas VII, VIII dan IX SMP Negeri 4 Lembang yang berjumlah 230 siswa, ternyata 57,5 % menunjukan nilai matematika yang melibatkan konsep operasi bilangan bulat masih rendah, berarti ini menunjukan pemahaman konsep operasi bilangan bulat pada siswa kelas VII SMP masih kurang atau rendah.Melihat beberapa permasalahan di atas perlu adanya upaya peningkatan pemahaman konsep operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas VII. Guna terwujudnya siswa yang benar-benar paham dalam konsep operasi penjumlahan dan pengurangan perlunya penggunaan alat peraga. Penggunaan alat peraga Media Takur (Tambah dan Kurang) diharapkan akan meningkatkan pemahaman konsep operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang nantinya berdampak untuk peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam skala yang lebih luas.
Dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas VII untuk operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat maka berusaha untuk memberikan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga. Seiring dengan usaha tersebut, melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berusaha meningkatkan pemahaman konsep operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. PTK ini diharapkan mampu memberikan alternatif-alternatif penyelesaian mengenai kesulitan pemahaman siswa kelas VII di kelas.
Melihat beberapa permasalahan di atas, maka penulis mencoba membuat PTK yang berjudul “PENGGUNAAN PERAGA MEDIA TAMBAH DAN KURANG UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 4 LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT”
C. RUMUSAN DAN PEMBATASAN MASALAH
Penggunaan peraga media tambah dan kurang merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman operasi penjumlahan dan pengurangan Kelas VII SMP Negeri 4 Lembang dan terciptanya suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan.
Dari uraian permasalahan yang dihadapi siswa pada pembelajaran matematika materi operasi bilangan bulat dapat dirumuskan sebagai berikut: “ Apakah Penggunaan Peraga Media Tambah dan Kurang dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat pada Siswa Kelas VII SMPN 4 Lembang Kabupaten Bandung Barat?”
Masalah yang sudah dikemukakan di atas dapat dirinci dalam bentuk pembatasan masalah sebagai berikut:
- Bagaimana menyusun perencanaan tindakan dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep operasi penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas VII A SMPN 4 Lembang dengan penggunaan peraga media tambah dan kurang.
- Bagaimana upaya yang dilakukan untuk melihat pemahaman konsep operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan peraga media tambah dan kurang
- Bagaimana menyusun perangkat instrumen evaluasi berupa observasi kinerja guru, angket sikap peserta didik dan angket keterampilan dan kreatifitas untuk mengetahui hasil belajar guna tercapainya suatu tujuan dengan diadakannya penelitian tindakan kelas (PTK)D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan ini diharapkan dapat menemukan cara pemahaman siswa dalam menerapkan penggunaan peraga media tambah dan kurang untuk memberi motivasi proses dan hasil belajar yang tepat.
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini adalah :
- Untuk melihat atau mengetahui tingkat pemahaman konsep operasi penjumlahan dan pengurangan siswa kelas VII SMP Negeri 4 Lembang pada materi operasi bilngan bulat.
- Untuk melihat sejauh mana pengaruh penggunaan media tambah dan kurang terhadap tingkat pemahaman konsep, motivasi dan prestasi belajar siswa .
2. Manfaat Penelitian
Dengan mengacu pada tujuan penelitian yang telah dikemukakan diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dan mendatangkan temuan bagi penulis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Peserta didik : hasil penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman konsep operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siswa kelas VII SMP Negeri 4 Lembang pada khususnya dengan menggunakan peraga media takur (tambah dan kurang)
- Bagi guru : hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan pedoman sebagai upaya yang dapat dikembangkan dalam kegiatan proses belajar mengajar untuk terwujudnya peningkatan mutu pendidikan.
- bagi sekolah : hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau masukan, inovasi pembelajaran dalam meningkatkan kualitas sekolah dan mendukung penilaian akreditasi.
- Bagi peneliti : hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi untuk melihat dan mengkaji pelaksanaan proses belajar mengajar.
E. KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian alat peraga
Menurut Standar Isi Permendiknas Nomer 22 Tahun 2006, matematika mulai dipelajari dari sekolah dasar, untuk itu agar siswa dapat memahami matematika dengan baik diperlukan pemahaman konsep dasar dalam matematika. Menurut teori J. Piaget perkembangan intelektual seseorang hingga dewasa terbagi atas empat tahap yaitu
a. Tahap sensorik motorik (0 – 2 tahun)
b. Tahap pra operasional (2 – 7 tahun)
c. Tahap operasional konkrit (7 – 11 tahun)
d. Tahap formal (lebih dari 11 tahun)
Selain Piaget ahli lain mengemukakan pendapatnya tentang perkembangan belajar seseorang adalah Bruner. Menurut Fajar (15, Psikologi dan Teori Belajar matematika, 2008) Bruner membagi proses belajar siswa menjadi tiga tahap yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik.
a. Tahap Enaktif
Pada tahap ini, siswa dituntut untuk mempelajari pengetahuan dengan menggunakan benda konkrit atau menggunakan situasi nyata bagi para siswa.
b. Tahap Ikonik
Setelah mempelajari pengetahuan dengan benda nyata atau benda konkrit, tahap berikutnya adalah tahap ikonik yaitu siswa mempelajari suatu pengetahuan dalam bentuk gambar atau diagram sebagi perwujudan dari kegiatan yang menggunakan
benda konkrit atau nyata.
c. Tahap simbolik
Selain dua tahap diatas masih ada satu tahap lagi yaitu tahap simbolik dimana siswa mewujudkan pengetahuannya dalam bentuk symbol-simbol abstrak. Dengan kata lain siswa harus mengalami proses berabstraksi.
Berdasarkan teori di atas, siswa SMP merupakan peralihan dari tahap operasional konkrit menuju ke tahap formal. Oleh karena itu, agar siswa dapat menguasai konsep-konsep matematika yang bersifat abstrak maka dalam membelajarkan matematika kepada siswa masih diperlukan azas peragaan. Karenanya ketika proses pembelajaran matematika berlangsung sudah seharusnya menggunakan model atau benda nyata (benda konkrit) yaitu alat peraga yang dapat digunakan sebagai jembatan bagi siswa untuk berpikir abstrak. Berkaitan dengan topik-topik tertentu yang dapat membantu pemahaman siswa.
Alat peraga adalah seperangkat benda kongkret yang dirancang, dibuat atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam Matematika (Djoko Iswadji, 2003:1). Menurut Estiningsih (1994), alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran . Kata media sendiri berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terjadi (Sadiman,2002:6). 2. Manfaat dan fungsi alat peraga dalam pembelajaran
Alat peraga dipilih dan digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan tercapai kompetensinya oleh siswa. Oleh karena itu perlu mengetahui fungsi alat peraga sebagai berikut, menurut Sumardiyono setidaknya ada enam golongan alat peraga yaitu
a. Models (memodelkan suatu konsep)
Alat peraga jenis model ini berfungsi untuk memvisualkan atau mengkonkretkan (physical) konsep matematika
b. Bridge (menjembatani ke arah konsep)
Alat peraga ini bukan merupakan wujud konkrit dari konsep matematika, tetapi merupakan sebuah cara yang dapat ditempuh untuk memperjelas pengertian suatu konsep matematika. Fungsi ini menjadi sangat dominan bila mengingat bahwa kebanyakan konsep-konsep matematika masih sangat abstrak bagi kebanyakan siswa.
c. Skills (mentrampilkan fakta, konsep, atau prinsip)
Alat peraga ini secara jelas dimaksudkan agar siswa lebih terampil dalam mengingat, memahami atau menggunakan konsep-konsep matematika. Jenis alat peraga ini biasanya berbentuk permainan ringan dan memiliki penyelesaian yang rutin (tetap).
d. Demonstration (mendemonstrasikan konsep, operasi, atau prinsip matematika)
Alat peraga ini memperagakan konsep matematika sehingga dapat dilihat secara jelas (terdemonstrasi) karena suatu mekanisme teknis yang dapat dilihat (visible) atau dapat disentuh (touchable). Jadi, konsep matematikanya hanya “diperlihatkan” apa adanya.
e. Aplication (mengaplikasikan konsep)
Jenis alat peraga ini tidak secara langsung tampak berkaitan dengan suatu konsep, tetapi ia dibentuk dari konsep matematika tersebut. Jelasnya, alat peraga jenis ini tidak dimaksudkan untuk memperagakan suatu konsep tetapi sebagai contoh penerapan atau aplikasi suatu konsep matematika tersebut.
f . Sources (sumber untuk pemecahan masalah)
Alat peraga yang kita golongkan ke dalam jenis ini adalah alat peraga yang menyajikan suatu masalah yang tidak bersifat rutin atau teknis tetapi membutuhkan kemampuan problem-solving yang heuristik dan bersifat investigatif. Penyelesaian masalah yang disuguhkan dalam alat peraga tersebut tidak terkait dengan hanya satu konsep matematika atau satu keterampilan matematika saja, tetapi merupakan gabungan beberapa konsep, operasi atau prinsip. Hal ini bermanfaat untuk melatih kompetensi yang dimiliki siswa dan melatih ketrampilan problem-solving.
3. Kompetensi pemahaman konsep dalam pembelajaran Matematika SMP
Peranan matematika semakin dianggap penting sejak sejarah perkembangan beradaban manusia sampai sekarang baik bagi perkembangan peradaban manusia secara keseluruhan (misalnya bagi perkembangan ilmuilmu pengetahuan dan teknologi) maupun bagi perkembangan setiap individu.
Bagi individu matematika berguna untuk memperoleh ketrampilan-ketrampilan tertentu dan untuk pengembangan cara berfikir (Susilo, dkk. 1998, 25), sedangkan menurut Ruseffendi (1995: 81-88) matematika berfungsi sebagai cara manusia berfikir sehingga keabsahan (validitas) dari pemikiran kebenaran tidak diragukan lagi. Selain itu matematika berfungsi sebagai alat bantu dan pelayanan ilmu artinya tidak hanya untuk matematika itu sendiri tetapi untuk ilmu-ilmu yang lain, baik untuk kepentingan teorits maupun kepentingan praktis sebagai aplikasi dari matematika.
Dalam pembelajaran matematika dibutuhkan pemahaman konsep yang
baik sebagai dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut, hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor model pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran yang pasif akan menghambat kreatifitas pola pikir siswa dalam memahami suatu konsep. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran matematika siswa dituntut benar-benar aktif, sehingga daya ingat siswa tentang apa yang telah dipelajari akan lebih baik. Suatu konsep akan mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat, jelas dan menarik. Keaktifan siswa dan belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.
Permasalahan lain pembelajaran matematika yang ditemukan adalah faktor guru dan materi ajar. Mengingat pentingnya belajar matematika,
seorang guru matematika dituntut untuk memahami dan mengembangkan suatu metode pengajaran di dalam kelas untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Hal ini juga bertujuan agar dapat mengurangi rasa jenuh pada siswa dan juga rasa takut. Mempelajari matematika tidak lepas dari operasi hitung. Keterampilan berhitung tidak hanya berguna dalam persoalan matematika melainkan juga berguna untuk pelajaran lain dan persoalan pada kehidupan sehari-hari. Jika pemahaman siswa mengenal operasi hitung sangat lemah, hal ini akan sangat menghambat siswa tersebut dalam mengikuti pelajaran matematika ataupun pada pelajaran lain yang membutuhkan basic berhitung yang handal. Berhitung merupakan modal utama dari matematika dan matematika merupakan salah satu fondasi dari kemampuan sains dan teknologi, sehingga pemahaman konsep hitung sangat diperlukan siswa sebagai modal utama dalam mengikuti pembelajaran matematika. 4. Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat
a. Pengertian Bilangan Bulat
Bilangan bulat adalah bilangan bukan pecahan yang terdiri dari bilangan :
- • Bulat positif (1, 2, 3, 4, 5, …)
- • Nol : 0
- • Bulat Negatif ( …,-5,-4,-3,-2,-1)
Himpunan Bilangan bulat
A = { …, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, … }
Di dalam bilangan bulat terdapat bilangan genap dan ganjil :
- • Bilangan bulat genap { …, -6, -4, -2, 0, 2, 4, 6, … }
Bilangan yang habis dibagi dengan 2
- • Bilangan bulat ganjil { …, -5, -3, -1, 1, 3, 5, … }
Bilangan yang apabila dibagi 2 tersisa -1 atau 1
b. Operasi Hitung Pada Bilangan Bulat :
1). Penjumlahan dan Sifat-sifatnya
a). Sifat Asosiatif
( a + b ) + c = a + ( b + c )
Contoh : (5 + 3 ) + 4 = 5 + ( 3 + 4 ) = 12
b). Sifat Komutatif
a + b = b + a
Contoh : 7 + 2 = 2 + 7 = 9
c). Unsur Identitas terhadap penjumlahan
Bilangan Nol (0) disebut unsur identitas atau netral terhadap penjumlahan a + 0 = 0 + a
Contoh :
6 + 0 = 0 + 6
d). Unsur invers terhadap penjumlahan
Invers jumlah (lawan) dari a adalah -a
Invers jumlah (lawan) dari – a adalah a
a + (-a) = (-a) + a
contoh :
5 + (-5) = (-5) + 5 = 0
e.) Bersifat tertutup
Apabila dua buah bilangan bulat ditambahkan maka hasilnya adalah bilangan bulat juga.
a dan b ∈ bilangan bulat maka a + b = c ; c ∈ bilangan bulat
contoh :
4 + 5 = 9 ; 4,5,9 ∈ bilangan bulat
b). Pengurangan dan Sifat-sifatnya
a). Untuk sembarang bilangan bulat berlaku :
a – b = a + (-b)
a – (-b) = a + b
contoh:
8 – 5 = 8 + (-5) = 3
7 – (-4) = 7 + 4 = 11
b). Sifat Komutatif dan asosiatif tidak berlaku
a – b ≠ b – a
(a – b ) – c ≠ a – ( b – c )
Contoh :
7 – 3 ≠ 3 -7 4 ≠ – 4
(9 – 4) – 3 ≠ 9 – (4-3) 2 ≠ 8
c). Pengurangan bilangan nol mempunyai sifat :
a – 0 = a dan 0 – a = -a
d). Bersifat tertutup, yaitu bila dua buah bilangan bulat dikurangkan hasilnya adalah bilangan bulat juga: a dan b ∈ bilangan bulat maka a – b = c ; c ∈ bilangan bulat
contoh :
7 – 8 = -1 ; 7,8,-1 ∈ bilangan bulat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar